Hukum Shalat 'Ied
Sholat sunnah Ied menurut jumhur ulama hukumnya adalah sunnah
mu’akkadah (dianjurkan). Hal ini dikarenakan Rasulullah SAW selalu
melaksanakan sholat sunah tersebut dan tidak pernah meninggalkannya.
وَعَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : { أُمِرْنَا أَنْ نُخْرِجَ الْعَوَاتِقَ ،
وَالْحُيَّضَ فِي الْعِيدَيْنِ : يَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ ، وَيَعْتَزِلُ
الْحُيَّضُ الْمُصَلَّى } . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Ummu ‘Athiyyah Ra ia berkata:
“Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami untuk mengeluarkan pada hari Iedul
Fithri dan Iedul Adhaa: Wanita-wanita yang dipingit, Wanita-wanita dan Hamba
sahaya. Adapaun wanita-wanita yang sedang haidh
hendaklah mereka menjauhi tempat sholat dan menyaksikan kebaikan dan dakwah
kaum muslimin”
Waktu Pelaksanaan
Shalat ‘Ied
Cara shalat Idul Adha sama dengan
pelaksanaan shalat Idul Fitri,hanya waktu pelaksanaannya yang berbeda. Shalat
idul adha dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah, sedangkan Idul Fitri tanggal
1 Syawal. Hukumnya sunnah Mu’akad (dianjurkan).
Tempat
Pelaksanaan Shalat ‘Ied
Tempat pelaksanaan shalat ‘ied lebih utama (lebih afdhol) dilakukan di
tanah lapang, kecuali jika ada udzur seperti hujan. Abu Sa’id Al Khudri
mengatakan, :
•
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ –
صلى الله عليه وسلم – يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى
“Rasulullah shallalahu
‘alaihi wa sallam biasa keluar pada hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha
menuju tanah lapang.“
•
Tidak Ada Shalat Sunnah Qobliyah ‘Ied dan Ba’diyah ‘Ied
Tidak Ada Shalat Sunnah Qobliyah ‘Ied dan Ba’diyah ‘Ied
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَرَجَ يَوْمَ أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ
قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah keluar pada hari Idul Adha atau Idul Fithri, lalu beliau
mengerjakan shalat ‘ied dua raka’at, namun beliau tidak mengerjakan shalat
qobliyah maupun ba’diyah ‘ied.“
Tidak Ada Adzan
dan Iqomah Ketika Shalat ‘Ied
Dari Jabir bin Samuroh, ia berkata,
صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
الْعِيدَيْنِ غَيْرَ
مَرَّةٍ وَلاَ مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ.
Aku pernah
melaksanakan shalat ‘ied (Idul Fithri dan Idul Adha) bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bukan hanya sekali atau dua kali, ketika itu tidak ada
adzan maupun iqomah.”
وَعَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ قَالَ : قَالَ نَبِيُّ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : { التَّكْبِيرُ فِي الْفِطْرِ سَبْعٌ فِي الْأُولَى
وَخَمْسٌ فِي الْأُخْرَى وَالْقِرَاءَةُ بَعْدَهُمَا كِلْتَيْهِمَا } أَخْرَجَهُ
أَبُو دَاوُد ، وَنَقَلَ التِّرْمِذِيُّ عَنْ الْبُخَارِيِّ تَصْحِيحَهُ
Dari Amr bin Syu'aib
dari ayahnya dan dari kakeknya radhiyallahu 'anhum berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Takbir di sholat Iedul Fithri tujuh kali di rakaat pertama dan
lima kali di rakaat yang kedua. Dan membaca ayat Al-Quran sesudah takbir pada
keduanya” (HR Abu Daud, lihat Shohih Sunan Abu Daud No. 1018)
Tata Cara Shalat ‘Ied
Jumlah raka’at
shalat Idul Fithri dan Idul Adha adalah dua raka’at.
Pertama:
Memulai dengan
takbiratul ihrom, sebagaimana shalat-shalat lainnya.
Kedua:
Kemudian
bertakbir (takbir zawa-id/tambahan) sebanyak tujuh kalitakbir selain takbiratul
ihrom sebelum memulai membaca Al Fatihah.
Ketiga:
Di antara tiap
takbir, hendaklah menyanjung dan memuji Allah, membaca bacaan,
سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَ
Namun ingat
sekali lagi, bacaannya tidak dibatasi dengan bacaan ini saja. Boleh juga
membaca bacaan lainnya asalkan di dalamnya berisi pujian pada Allah Ta’ala.
Keempat:
Kemudian membaca
Al Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surat lainnya.
Kelima:
Setelah membaca
surat, kemudian melakukan gerakan shalat seperti biasa (ruku, i’tidal, sujud,
dst).
Keenam:
Bertakbir ketika
bangkit untuk mengerjakan raka’at kedua.
Ketujuh:
Kemudian
bertakbir sebanyak lima kali takbir selain takbir bangkit dari sujud sebelum
memulai membaca Al Fatihah.
Kedelapan:
Kemudian membaca
surat Al Fatihah dan surat lainnya sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
Kesembilan:
Mengerjakan
gerakan lainnya hingga salam.
Dilanjutkan dengan 2 khutbah
وَعَنْهُ قَالَ : { كَانَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى إلَى الْمُصَلَّى وَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلَاةُ
ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُومُ مُقَابِلَ النَّاسِ - وَالنَّاسُ عَلَى صُفُوفِهِمْ - فَيَعِظُهُمْ
وَيَأْمُرُهُمْ
} . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ{
Bahwa Nabi SAW keluar pada hari 'Iedul Fithri dan 'Iedul Adha ke mushalla, beliau memulai pertama kali dengan shalat,
kemudian beranjak dan berdiri menghadap orang-orang, sementara orang-orang
masih dalam shaf masing-masing, beliau menasehati mereka dan memerintahkan
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar