Jumat, 27 November 2015

PERBEDAAN AL-QUR'AN DAN AL HADIST



PENGERTIAN AL-QUR’AN
a.    Aspek Etimologis
      Makna kata Qur’an adalah sinonim dengan qira’ah dan keduanya berasal dari kata qara’a. dari segi makna, lafal Qur’an bermakna bacaan. Kajian yang dilakukan oleh Dr. Subhi Saleh menghasilkan suatu kesimpulan bahwa al-Qur’an dilihat dari sisi bahasa berarti bacaan, adalah merupakan suatu pendapat yang paling mendekati kebenaran
b. Aspek Terminologi
      As-Shabuni mengemukakan dalam At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an, al-Qur’an adalah firman Allah yang mengandung mukjizat, diturunkan pada Nabi terakhir ditulis dalam beberapa mushaf, bersifat mutawatir dan bernilai ibadah jika dibaca. Dr. Subhi Saleh menegaskan bahwa al-Qur’an dengan sebutan apapun adalah firman Allah yang mengandung mu’jizat diturunkan pada Muhammad saw ditulis
Secara terperinci menurut Muchotob Hamzah:
1.    Kalamullah.
2.    Dengan perantara malaikat Jibril.
3.    Diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
4.    Sebagai mu’jizat.
5.    Ditulis dalam mushaf.
6.    Dinukil secara mutawatir.
7.    Dianggap ibadah orang yang membacanya.
8.    Dimulai dengan surah al-Fatihah dan ditutup dengan surah an-Nas.
9.    Sebagai ilmu laduni global.
10.  Mencakup segala hakikat kebenaran.

Pengertian Al-Hadis

          Perbuatannya dan taqrirnya (yakni ucapan dan perbuatan sahabat yang beliau diamkan dengan arti membenarkannya). Dengan demikian sunnah Nabi dapat berupa: sunnah Qauliyah (perkataan), Sunnah Fi’liyah (perbuatan), Sunnah Taqriryah (ketetapan).

Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadis Nabawi
1) Al-Quran mukjizat Rasul sedangkan Hadis bukan mukjizat sekalipun Hadis Qudsi; 
2) Al-Quran terpelihara dari berbagai kekurangan dan pendistorsian tangan orang-orang jahil (lihat QS. Al-Hijr : 9) sedangkan hadis tidak terpelihara seperti Al-Quran. Namun hubungan keduanya tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Maka terpeliharanya Al-Quran berarti pula teroilaharanya Hadis; 
3) Al-Quran diriwayatkan seluruhnya secara mutawatir sedangkan Hadis tidak banyak diriwayatkan secara mutawatir. Mayoritas Hadis diriwayatkan secara Ahad; 

4) Kebenaran ayat-ayat Al-Quran bersifat qath’i al-wurud (pasti atau mutlak kebenarannya) dan kafir yang menginkarinya. Sedangkan hadis kebanyakanAL-H bersifat zhanni al-wurud (relatif kebenarannya) kecuali yang mutawatir; 
5) Al-Quran memiliki redaksi dan lafal nya dari Allah dan Hadis Nabawi dari Nabi sendiri berdasarkan Wahyu Allah atau Ijtihad yang sesuai dengan Wahyu; 
6) Kewahyuaan Al-Quran disebut dengan wahyu matluw (wahyu yang dibacakan sedangkan kewahyuan sunnah disebut wahyu ghayr matluw (wahyu yang tidak dibacakan) tetapi terlintas dalam hati secara jelas dan yakin kemudian diungkapkan nabi dengan redaksinya sendiri; 
7) Al-Quran hanya dinisbahkan kepada Allah, maka dari itu penyandarannya menggunakan يقول الله atau قال الله تعالى sedangkan Hadis Nabawi dinisbahkan kepada Rasulullah dengan memnggunakan redaksi قال رسول الله .

 8)Al-Quran dari Allah, baik lafal maupun maknanya. Maka ia adalah wahyu, baik dalam lafal ataupun maknannya. Sedang hadis Qudsi maknanya saja dari Allah sedangkan lafalnya dari Rasulullah SAW. Hadis Qudsi adalah wahyu dalam makna tetapi bukan dalam makna. Oleh sebab itu, menurut sebagian besar ahli hadis diperbolehkan meriwayatkan hadis Qudsi dengan maknanya saja. 

9) Membaca Al-Quran merupakan ibadah, karena itu ia dibaca dalam shalat . 

...فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآَنِ...

artinya: 
“...Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Quran...” 

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ كَتَبَ اللَّهُ فَلَهُ حَسَنَةٌ, وَاْلحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَلِهَا, لاَ أَقُولُ الم حَرْفٌ ، وَلَكِنِ أَلِفُ حَرْفٌ, وَاللاَّمُ حَرْفٌ, وَالْمِيمُ حَرْفٌ. ﴿ رواه الترمذى ﴾ 

artinya: 
“Barang siapa membaca satu huruf dari Al-Quran, dia akan memperoleh satu kebaikan . Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf. Tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf”.[3]

Sedangkan hadis Qudsi tidak disuruh membacanya dalam shalat. Allah memberikan pahala membaca hadis Qudsi secara umum saja. Maka membaca hadis Qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti yang disebutkan dalam hadis mengenai membaca Al-Quran bahwa pada setiap huruf mendapatkan sepuluh kebaikan. 

Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadis Qudsi
1) Al-Qur`an adalah kaladaam Allah yang diturunkan dengan lafal Allah sendiri. Orang-orang Arab ditantang untuk membuat semisal Al-Quran. Tetapi mereka tak mampu membutanya meskipun hanya satu surat saja. Maka dari itu, Al-Qur`an adalah mukjizat. Sedangkan, Hadits Qudsi bukan merupakan mukjizat dan orang-orang Arab tidak ditantang untuk membuat yang semisalnya. 

2) Al-Qur`an itu hanya dinisbatkan kepada Allah. Maka dari itu, penyandarannya langsung kepada Allah: قال الله تعالى يقول الله. Sedangkan, Hadits Qudsi terkadang diriwayatkan oleh Rasulullah SAW dengan dinisbatkan kepada Allah. Penisbatan ini menggunakan cara orang yang mengarang sehingga disebut dengan nisbat insya`/ nisbat yang dibuatkan seperti ucapan : قالاللهتعالىقالرسولالله صلى الله عليه وسلم. Terkadang pula diriwayatkan dengan dinisbatkan kepada Rasulullah tetapi nisbatnya adalah nisbat khabar karena nabi yang menyampaikan Hadis itu dari Allah. Maka dikatakan Rasulullah mengatakan mengenai apa yang diriwayatkan dari Tuhannya. 
3) Seluruh isi Al-Quran semuanya dinukil secara mutawatir sehingga kepastiannya sudah mutlak. Sedang hadis-hadis Qudsi kebanyakannya adalah khabar ahad, sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan. Adakalanya hadis Qudsi itu shahih, terkadang hasan dan terkadang pula dhaif. 
4) Al-Quran dari Allah, baik lafal maupun maknanya. Maka ia adalah wahyu, baik dalam lafal ataupun maknannya. Sedang hadis Qudsi maknanya saja dari Allah sedangkan lafalnya dari Rasulullah SAW. Hadis Qudsi adalah wahyu dalam makna tetapi bukan dalam makna. Oleh sebab itu, menurut sebagian besar ahli hadis diperbolehkan meriwayatkan hadis Qudsi dengan maknanya saja. 
Kesimpulan :
1. Al-Qur`an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan yang membacanya dianggap ibadah; 
2.  Hadis nabawi ialah apa saja yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, maupun sifat; 
3.  Hadits Qudsi adalah apa-apa yang disandarkan oleh Nabi Saw kepada Allah Ta’ala. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar