PENGERTIAN AL-QUR’AN
a. Aspek Etimologis
Makna
kata Qur’an adalah sinonim dengan qira’ah dan keduanya berasal dari kata
qara’a. dari segi makna, lafal Qur’an bermakna bacaan. Kajian yang
dilakukan oleh Dr. Subhi Saleh menghasilkan suatu kesimpulan bahwa al-Qur’an
dilihat dari sisi bahasa berarti bacaan, adalah merupakan suatu pendapat yang
paling mendekati kebenaran
b. Aspek Terminologi
As-Shabuni
mengemukakan dalam At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an, al-Qur’an adalah firman
Allah yang mengandung mukjizat, diturunkan pada Nabi terakhir ditulis dalam
beberapa mushaf, bersifat mutawatir dan bernilai ibadah jika dibaca. Dr. Subhi
Saleh menegaskan bahwa al-Qur’an dengan sebutan apapun adalah firman Allah yang
mengandung mu’jizat diturunkan pada Muhammad saw ditulis
Secara terperinci menurut Muchotob Hamzah:
1.
Kalamullah.
2. Dengan perantara malaikat Jibril.
3. Diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw.
4. Sebagai mu’jizat.
5. Ditulis dalam mushaf.
6. Dinukil secara mutawatir.
7. Dianggap ibadah orang yang
membacanya.
8. Dimulai dengan surah al-Fatihah
dan ditutup dengan surah an-Nas.
9. Sebagai ilmu laduni global.
10. Mencakup
segala hakikat kebenaran.
Pengertian Al-Hadis
Perbuatannya
dan taqrirnya (yakni ucapan dan perbuatan sahabat yang beliau diamkan dengan
arti membenarkannya). Dengan demikian sunnah Nabi dapat berupa: sunnah Qauliyah
(perkataan), Sunnah Fi’liyah (perbuatan), Sunnah Taqriryah (ketetapan).
Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadis Nabawi
1) Al-Quran mukjizat Rasul sedangkan Hadis
bukan mukjizat sekalipun Hadis Qudsi;
2) Al-Quran terpelihara dari berbagai
kekurangan dan pendistorsian tangan orang-orang jahil (lihat QS. Al-Hijr : 9)
sedangkan hadis tidak terpelihara seperti Al-Quran. Namun hubungan keduanya
tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Maka terpeliharanya
Al-Quran berarti pula teroilaharanya Hadis;
3) Al-Quran diriwayatkan seluruhnya secara
mutawatir sedangkan Hadis tidak banyak diriwayatkan secara mutawatir. Mayoritas
Hadis diriwayatkan secara Ahad;
4) Kebenaran ayat-ayat Al-Quran bersifat
qath’i al-wurud (pasti atau mutlak kebenarannya) dan kafir yang menginkarinya.
Sedangkan hadis kebanyakanAL-H bersifat zhanni al-wurud (relatif kebenarannya)
kecuali yang mutawatir;
5) Al-Quran memiliki redaksi dan lafal nya
dari Allah dan Hadis Nabawi dari Nabi sendiri berdasarkan Wahyu Allah atau
Ijtihad yang sesuai dengan Wahyu;
6) Kewahyuaan Al-Quran disebut dengan wahyu
matluw (wahyu yang dibacakan sedangkan kewahyuan sunnah disebut wahyu ghayr
matluw (wahyu yang tidak dibacakan) tetapi terlintas dalam hati secara jelas
dan yakin kemudian diungkapkan nabi dengan redaksinya sendiri;
7) Al-Quran hanya dinisbahkan kepada Allah,
maka dari itu penyandarannya menggunakan يقول الله atau
قال الله تعالى sedangkan Hadis Nabawi
dinisbahkan kepada Rasulullah dengan memnggunakan redaksi قال رسول الله .
8)Al-Quran
dari Allah, baik lafal maupun maknanya. Maka ia adalah wahyu, baik dalam lafal
ataupun maknannya. Sedang hadis Qudsi maknanya saja dari Allah sedangkan
lafalnya dari Rasulullah SAW. Hadis Qudsi adalah wahyu dalam makna tetapi bukan
dalam makna. Oleh sebab itu, menurut sebagian besar ahli hadis diperbolehkan
meriwayatkan hadis Qudsi dengan maknanya saja.
9) Membaca Al-Quran merupakan ibadah,
karena itu ia dibaca dalam shalat .
...فَاقْرَءُوا مَا
تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآَنِ...
artinya:
“...Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari
Al-Quran...”
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ كَتَبَ اللَّهُ
فَلَهُ حَسَنَةٌ, وَاْلحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَلِهَا, لاَ أَقُولُ الم
حَرْفٌ ، وَلَكِنِ أَلِفُ حَرْفٌ, وَاللاَّمُ حَرْفٌ, وَالْمِيمُ حَرْفٌ. ﴿
رواه الترمذى ﴾
artinya:
“Barang siapa membaca satu huruf dari Al-Quran, dia
akan memperoleh satu kebaikan . Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali
lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf. Tetapi alif satu
huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf”.[3]
Sedangkan hadis Qudsi tidak disuruh membacanya dalam
shalat. Allah memberikan pahala membaca hadis Qudsi secara umum saja. Maka
membaca hadis Qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti yang disebutkan dalam
hadis mengenai membaca Al-Quran bahwa pada setiap huruf mendapatkan sepuluh
kebaikan.
Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadis Qudsi
1) Al-Qur`an adalah kaladaam Allah yang
diturunkan dengan lafal Allah sendiri. Orang-orang Arab ditantang untuk membuat
semisal Al-Quran. Tetapi mereka tak mampu membutanya meskipun hanya satu surat
saja. Maka dari itu, Al-Qur`an adalah mukjizat. Sedangkan, Hadits Qudsi bukan
merupakan mukjizat dan orang-orang Arab tidak ditantang untuk membuat yang
semisalnya.
2) Al-Qur`an itu hanya dinisbatkan kepada
Allah. Maka dari itu, penyandarannya langsung kepada Allah: قال الله تعالى – يقول الله.
Sedangkan, Hadits Qudsi terkadang diriwayatkan oleh Rasulullah SAW dengan
dinisbatkan kepada Allah. Penisbatan ini menggunakan cara orang yang mengarang
sehingga disebut dengan nisbat insya`/ nisbat yang dibuatkan seperti ucapan : قالاللهتعالىقالرسولالله صلى الله عليه وسلم. Terkadang pula diriwayatkan dengan
dinisbatkan kepada Rasulullah tetapi nisbatnya adalah nisbat khabar karena nabi
yang menyampaikan Hadis itu dari Allah. Maka dikatakan Rasulullah mengatakan mengenai
apa yang diriwayatkan dari Tuhannya.
3) Seluruh isi Al-Quran semuanya dinukil
secara mutawatir sehingga kepastiannya sudah mutlak. Sedang hadis-hadis Qudsi
kebanyakannya adalah khabar ahad, sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan.
Adakalanya hadis Qudsi itu shahih, terkadang hasan dan terkadang pula
dhaif.
4) Al-Quran dari Allah, baik lafal maupun
maknanya. Maka ia adalah wahyu, baik dalam lafal ataupun maknannya. Sedang
hadis Qudsi maknanya saja dari Allah sedangkan lafalnya dari Rasulullah SAW.
Hadis Qudsi adalah wahyu dalam makna tetapi bukan dalam makna. Oleh sebab itu,
menurut sebagian besar ahli hadis diperbolehkan meriwayatkan hadis Qudsi dengan
maknanya saja.
Kesimpulan :
1. Al-Qur`an adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan yang membacanya dianggap ibadah;
2. Hadis nabawi ialah apa saja yang
disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan,
maupun sifat;
3. Hadits Qudsi adalah apa-apa yang disandarkan oleh Nabi Saw
kepada Allah Ta’ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar