Rabu, 21 Oktober 2015

CARA-CARA MENUTUP AURAT, MENGHADAP KIBLAT DAN MENENTUKAN WAKTU SHALAT



DALIL PERINTAH MENUTUP AURAT

                     $pkšr'¯»tƒ ÓÉ<¨Z9$# @è% y7Å_ºurøX{ y7Ï?$uZt/ur Ïä!$|¡ÎSur tûüÏZÏB÷sßJø9$# šúüÏRôム£`ÍköŽn=tã `ÏB £`ÎgÎ6Î6»n=y_ 4 y7Ï9ºsŒ #oT÷Šr& br& z`øùt÷èムŸxsù ûøïsŒ÷sム3 šc%x.ur ª!$# #Yqàÿxî $VJŠÏm§
          

           Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[Al-Ahzab ayat 59]:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ شَامِيَةٌ رِقَاقٌ فَضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلىَ اْلأَرْضِ بِبَصَرِهِ وَقَالَ يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتْ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ (رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ.
      
       Diriwayatkan dari ‘Aisyah: “Bahwasanya ‘Asma binti Abu Bakar masuk ke rumah Rasulullah saw dengan memakai pakaian daerah Syam yang tipis, maka Rasulullah saw memalingkan ke tanah seraya bersabda: “Wahai Asma’, sesungguhnya perempuan itu jika telah baligh tidak pantas menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini, sambil menunjuk telapak tangan dan wajahnya.” (HR. al-Baihaqiy)[3]
       قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا : قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنـــَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ  وَنــِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلاَتٌ مُمِيْلاَتٌ رُءُوْسُهُنَّ كَأَمْثـــَالِ أَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ ، لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا، وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ مِنْ كَذَا وَكَذَا. (رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَالْبَيْهَقِيُّ وَابْنُ حِبَّانَ)


     “Rasulullah saw bersabda: “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: [1] Malaikat yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli sekelompok manusia (berdosa), dan [2] Wanita-wanita yang berpakaian namun (seperti) telanjang dan berjalan berlenggak-lenggok dan kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian (jarak yang sangat jauh).” (HR. Muslim, Baihaqi dan Ibnu Hibban)[4]

Dalil tentang aurat laki-laki :
     Aurat sesama lelaki –baik dengan kerabat atau orang lain- adalah mulai dari pusar hingga lutut. Demikian menurut ulama Hanafiyah.
Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,



     Karena di antara pusar sampai lutut adalah aurat.”


DALIL  TENTANG  MENGHADAP KIBLAT
ÉeAuqsù y7ygô_ur tôÜx© ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tysø9$# 4 ß]øŠymur $tB óOçFZä. (#q9uqsù öNä3ydqã_ãr ¼çntôÜx© 3
     “......palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya”. (Al-Baqarah ayat 144
     قَالَ النَّبيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِخَلاِّدِينِ رَافِعٍ : اِذَا قُمْتَ اِلي اِلَي الصَّلاَةِ فَأَسْبِغِالْوُضُوْءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلةّ-(رواهُ مسلم)

     Nabi saw berkata kepada Khallad bin Rafi’, “Apahabila engkau hendak shalat, sempurnakanlah wudhumu, kemudian menghadap ke kiblat.”(HR Muslim”)

CARA MENGHADAP KIBLAT ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
a)  Orang yang berada di Mekkah dan memungkinkan menghadap ka’bah;
b)  Orang yang berada dilingkungan masjid Nabi di Madinah, wajib mengikuti mihrab Mesjid  itu; sebab mihrab masjid itu ditentukan oleh wahyu, maka dengan sendirinya tepatmengahadap ke  (Ka’bah);
c)  Orang yan jauh dari ka’bah sah menghadap ke jihar  (arah)
Yang Mendapat Udzur (Keringanan) Tidak Menghadap Kiblat :
a)  Tidak mampu menghadap kiblat, seperti orang sakit .
b)  Orang yang samar baginya arah kiblat,

           بَيْنَا النَّاسُ بِقُبَاءٍ فِى صَلاَةِ الصُّبْحِ إِذْ جَاءَهُمْ آتٍ فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَدْ أُنْزِلَ عَلَيْهِ اللَّيْلَةَ قُرْآنٌ ، وَقَدْ أُمِرَ أَنْ يَسْتَقْبِلَ الْكَعْبَةَ فَاسْتَقْبِلُوهَا ، وَكَانَتْ وُجُوهُهُمْ إِلَى الشَّأْمِ ، فَاسْتَدَارُوا إِلَى الْكَعْبَةِ
              Ketika orang-orang shalat subuh di Quba’, tiba-tiba datang seorang laki-laki dan berkata, “Sungguh, tadi malam telah turun ayat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau diperintahkan untuk menghadap ke arah Ka’bah. Maka orang-orang yang sedang shalat berputar menghadap Ka’bah, padahal pada saat itu wajah-wajah mereka sedang menghadap negeri Syam. Mereka kemudian berputar ke arah Ka’bah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
c)    Keadaan sangat takut ketika menghadapi musuh atau semacamnya

فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالًا أَوْ رُكْبَانًا
       Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan.” (QS. Al Baqarah: 239).
d)   Bagi musafir yang melaksanakan shalat sunnah di atas kendaraan boleh baginya tidak menghadap kiblat ketika ada udzur saat itu. Ibnu ‘Umar berkata
Firman Allah Swt. :
إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
    “Sesungguhnya shalat itu merupakan kewajiban yang ditetapkan waktunya bagi kaum mukminin.” (QS. An-Nisa`: 103)

أَقِمِ الصَّلاَةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْءَانَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْءَانَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
    “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan dirikan pula shalat subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan oleh malaikat.” (QS. Al-Isra`: 78)

Dalil Waktu Shalat :              
       سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ وَقْتِ الصَّلَوَاتِ، فَقَالَوَقْتُ صَلاَةِ الْفَجْرِ مَا لَمْ يَطْلُعْ قَرْنُ الشَّمْسِ الْأَوَّلِ، وَوَقْتُ صَلاَةِ الظُّهْرِ إِذَا زَالَتِ الشَّمْسُ عَنْ بَطْنِ السَّمَاءِ مَا لَمْ يَحْضُرِ الْعَصْرُ، وَوَقْتُ صَلاَةِ الْعَصْرِ مَا لَمْ تَصْفَرَّ الشَّمْسُ وَيَسْقُطْ قَرْنُهَا الْأَوَّلُ، وَوَقْتُ صَلاَةِ الْمَغْرِبِ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ مَا لَمْ يَسْقُطِ الشَّفَقُ، وَوَقْتُ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ

    “Sesungguhnya shalat itu memiliki awal dan akhir waktu. Awal waktu shalat zhuhur adalah saat matahari tergelincir dan akhir waktunya adalah ketika masuk waktu ashar. Awal waktu shalat ashar adalah ketika masuk waktunya dan akhir waktunya saat matahari menguning. Awal waktu shalat maghrib adalah ketika matahari tenggelam dan akhir waktunya ketika tenggelam ufuk. Awal waktu shalat isya adalah saat ufuk tenggelam dan akhir waktunya adalah pertengahan malam. Awal waktu shalat fajar adalah ketika terbit fajar dan akhir waktunya saat matahari terbit.” (HR. At-Tirmidzi
Waktu shalat Fardhu :

1)  Shalat Dzuhur. Awal waktunya adalah setelah tergelincir matahari dari pertengahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-bayang yang ketika matahari menonggak (tepat di atas ubun-ubun);
2)  Shalat Asar. Waktunya mulai dari habisnya waktu Dzuhur, bayang-bayang sesuatu lebih daripada panjangnya selain dari bayang-bayang yang ketika matahari sedang menonggak, sampai terbenam matahari;
3)  Shalat magrib. Waktunya dari terbenam matahari sampai terbenam syafaq (teja)merah;
4)  Shalat Isya. Waktunya mulai dari terbenam syafaq merah (sehabis waktu magrib) sampai terbit fajar kedua; dan
5)  Shalat subuh. Waktunya mulai dari terbit fajar kedua sampai terbit matahari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar