DALIL PERINTAH MENUTUP AURAT
•$pkš‰r'¯»tƒ ÓÉ<¨Z9$# @è% y7Å_ºurø—X{ y7Ï?$uZt/ur Ïä!$|¡ÎSur tûüÏZÏB÷sßJø9$# šúüÏRô‰ãƒ £`ÍköŽn=tã `ÏB £`ÎgÎ6Î6»n=y_ 4 y7Ï9ºsŒ #’oT÷Šr& br& z`øùt÷èムŸxsù ûøïsŒ÷sム3 šc%x.ur ª!$# #Y‘qàÿxî $VJŠÏm§‘
Hai nabi, Katakanlah kepada
isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[Al-Ahzab ayat 59]:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ شَامِيَةٌ رِقَاقٌ فَضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلىَ اْلأَرْضِ بِبَصَرِهِ وَقَالَ يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتْ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ (رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ.
Diriwayatkan
dari ‘Aisyah: “Bahwasanya ‘Asma binti Abu Bakar masuk ke rumah Rasulullah saw
dengan memakai pakaian daerah Syam yang tipis, maka Rasulullah saw memalingkan
ke tanah seraya bersabda: “Wahai Asma’, sesungguhnya perempuan itu jika telah
baligh tidak pantas menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini, sambil menunjuk
telapak tangan dan wajahnya.” (HR. al-Baihaqiy)[3]
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا : قَوْمٌ
مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنـــَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ
وَنــِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلاَتٌ مُمِيْلاَتٌ رُءُوْسُهُنَّ كَأَمْثـــَالِ
أَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ ، لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ
رِيْحَهَا، وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ مِنْ كَذَا وَكَذَا. (رَوَاهُ مُسْلِمٌ
وَالْبَيْهَقِيُّ وَابْنُ حِبَّانَ)
“Rasulullah
saw bersabda: “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah
melihatnya: [1] Malaikat yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor
sapi untuk memukuli sekelompok manusia (berdosa), dan [2] Wanita-wanita yang
berpakaian namun (seperti) telanjang dan berjalan berlenggak-lenggok dan
kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan
tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari
jarak sekian dan sekian (jarak yang sangat jauh).” (HR. Muslim, Baihaqi dan
Ibnu Hibban)[4]
Dalil tentang aurat laki-laki :
Aurat sesama
lelaki –baik dengan kerabat atau orang lain- adalah mulai dari pusar hingga
lutut. Demikian menurut ulama Hanafiyah.
Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Karena di antara pusar sampai lutut adalah aurat.”
DALIL TENTANG MENGHADAP KIBLAT
ÉeAuqsù
y7ygô_ur tôÜx© ωÉfó¡yJø9$# ÏQ#tysø9$# 4 ß]øŠymur $tB óOçFZä. (#q—9uqsù öNä3ydqã_ãr ¼çntôÜx© 3
“......palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu
ke arahnya”. (Al-Baqarah ayat 144
قَالَ النَّبيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِخَلاِّدِينِ رَافِعٍ : اِذَا قُمْتَ اِلي اِلَي الصَّلاَةِ
فَأَسْبِغِالْوُضُوْءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلةّ-(رواهُ مسلم)
Nabi saw
berkata kepada Khallad bin Rafi’, “Apahabila engkau hendak shalat,
sempurnakanlah wudhumu, kemudian menghadap ke kiblat.”(HR Muslim”)
CARA MENGHADAP KIBLAT ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
a) Orang yang berada di Mekkah dan memungkinkan menghadap
ka’bah;
b) Orang yang berada dilingkungan masjid Nabi di Madinah,
wajib mengikuti mihrab Mesjid
itu; sebab mihrab masjid itu ditentukan oleh wahyu, maka dengan
sendirinya tepatmengahadap ke (Ka’bah);
c) Orang yan jauh dari ka’bah sah menghadap ke jihar (arah)
Yang Mendapat Udzur (Keringanan) Tidak Menghadap Kiblat :
a) Tidak mampu menghadap kiblat, seperti orang sakit .
b) Orang yang samar baginya arah kiblat,
بَيْنَا النَّاسُ بِقُبَاءٍ فِى
صَلاَةِ الصُّبْحِ إِذْ جَاءَهُمْ آتٍ فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله
عليه وسلم – قَدْ أُنْزِلَ عَلَيْهِ اللَّيْلَةَ قُرْآنٌ ، وَقَدْ أُمِرَ أَنْ
يَسْتَقْبِلَ الْكَعْبَةَ فَاسْتَقْبِلُوهَا ، وَكَانَتْ وُجُوهُهُمْ إِلَى
الشَّأْمِ ، فَاسْتَدَارُوا إِلَى الْكَعْبَةِ
Ketika orang-orang shalat subuh di Quba’, tiba-tiba
datang seorang laki-laki dan berkata, “Sungguh, tadi malam telah turun ayat
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau diperintahkan untuk
menghadap ke arah Ka’bah. Maka orang-orang yang sedang shalat berputar
menghadap Ka’bah, padahal pada saat itu wajah-wajah mereka sedang menghadap
negeri Syam. Mereka kemudian berputar ke arah Ka’bah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
c) Keadaan sangat takut ketika menghadapi musuh atau
semacamnya
فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالًا أَوْ رُكْبَانًا
“Jika kamu dalam keadaan takut
(bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan.” (QS. Al
Baqarah: 239).
d) Bagi musafir yang melaksanakan shalat sunnah di atas
kendaraan boleh baginya tidak menghadap kiblat ketika ada udzur saat itu. Ibnu
‘Umar berkata
Firman Allah Swt. :
إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا
مَوْقُوتًا
“Sesungguhnya shalat itu merupakan kewajiban
yang ditetapkan waktunya bagi kaum mukminin.” (QS. An-Nisa`: 103)
أَقِمِ الصَّلاَةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ
اللَّيْلِ وَقُرْءَانَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْءَانَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
“Dirikanlah
shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan dirikan pula
shalat subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan oleh malaikat.” (QS. Al-Isra`: 78)
Dalil Waktu Shalat :
سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صلى
الله عليه وسلم عَنْ وَقْتِ الصَّلَوَاتِ، فَقَالَوَقْتُ صَلاَةِ الْفَجْرِ مَا لَمْ يَطْلُعْ
قَرْنُ الشَّمْسِ الْأَوَّلِ، وَوَقْتُ صَلاَةِ الظُّهْرِ إِذَا زَالَتِ الشَّمْسُ
عَنْ بَطْنِ السَّمَاءِ مَا لَمْ يَحْضُرِ الْعَصْرُ، وَوَقْتُ صَلاَةِ الْعَصْرِ
مَا لَمْ تَصْفَرَّ الشَّمْسُ وَيَسْقُطْ قَرْنُهَا الْأَوَّلُ، وَوَقْتُ صَلاَةِ
الْمَغْرِبِ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ مَا لَمْ يَسْقُطِ الشَّفَقُ، وَوَقْتُ
صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ
“Sesungguhnya
shalat itu memiliki awal dan akhir waktu. Awal waktu shalat zhuhur adalah saat
matahari tergelincir dan akhir waktunya adalah ketika masuk waktu ashar. Awal
waktu shalat ashar adalah ketika masuk waktunya dan akhir waktunya saat
matahari menguning. Awal waktu shalat maghrib adalah ketika matahari tenggelam
dan akhir waktunya ketika tenggelam ufuk. Awal waktu shalat isya adalah saat
ufuk tenggelam dan akhir waktunya adalah pertengahan malam. Awal waktu shalat
fajar adalah ketika terbit fajar dan akhir waktunya saat matahari terbit.” (HR. At-Tirmidzi
Waktu shalat Fardhu :
1) Shalat Dzuhur. Awal waktunya adalah setelah
tergelincir matahari dari pertengahan langit. Akhir waktunya apabila
bayang-bayang yang ketika matahari menonggak (tepat di atas ubun-ubun);
2) Shalat Asar. Waktunya mulai dari habisnya waktu
Dzuhur, bayang-bayang sesuatu lebih daripada panjangnya selain dari
bayang-bayang yang ketika matahari sedang menonggak, sampai terbenam matahari;
3) Shalat magrib. Waktunya dari terbenam matahari sampai
terbenam syafaq (teja)merah;
4) Shalat Isya. Waktunya mulai dari terbenam syafaq
merah (sehabis waktu magrib) sampai terbit fajar kedua; dan
5) Shalat subuh. Waktunya mulai dari terbit fajar kedua
sampai terbit matahari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar