Senin, 01 September 2014

TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD (BIOGRAFI & TEORI PEMIKIRANNYA)



A.    Pendahuluan 
Sigmund Freud adalah seorang tokoh psikologi ternama, yang pertama kali mengembangkan teori psikoanalisis. Teori psikoanalis adalah adalah salah satu teori kepribadian yang paling berpengaruh, tetapi juga pada ilmu-ilmu lain, termasuk antropologi dan sosiologi. Bahkan implementasinya dapat ditemui dalam berbagai praktik kehidupan, seperti manajemen dan iklan.[1]
Psikoanalisis memerlukan interaksi verbal yang cukup lama dengan pasien, untuk menggali kehidupan pribadinya yang paling dalam. Pengalamannya menangani para pasien banyak memberikan inpirasi kepada Freud untuk menyusun teori kepribadiannya. Pengembangan teorinya, didukung juga oleh penelaahan terhadap konflik-konflik dan kecemasan-kecemasan yang dialaminya sendiri.[2]
Dalam penulisan makalah ini, penulis menuliskan biografi singkat Sigmund Freud agar pembaca mengetahui latar belakang pemikiran Freud, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemikirannya. Selanjutanya penulis mengemukakan teori pemikirannya yang akan dibahas dan dianalisis yaitu : Insting, Tingkatan Kepribadian, Struktur kepribadian, Kecemasan, dan perkembangan Kepribadian.
B.     Biografi Singkat Sigmund Freud (1856-1939)
Sigmund Freud dilahirkan 6 Mei 1856 di sebuah kota kecil, Freiberg Moravia. Ayahnya adalah seorang pedagang wol yang mempunyai pikiran yang tajam dan memiliki selera humor yang baik.  Ibunya adalah seorang wanita lincah dan merupakan istri kedua, yang usianya 21 tahun lebih muda daripada suaminya.[3]Ia adalah putra sulung dari istri kedua ayahnya, yang melahirkan lima anak perempuan dan dua anak laki-laki. Lalu Richard Nelson-Jones mengutip pendapat Jones menulis tentang kebanggaan dan cinta ibu Freud kepada putra sulungnya itu dan juga menyebutkan bahwa pada usia antara dua dan dua setengah tahun, libido Freud terhadap ibunya bangkit saat ia melihat ibunya telanjang. Freud dalam bukunya “An Autobiographical Study” mengatakan : “Orang tua saya Yahudi, dan saya sendiri tetap seorang Yahudi”.  Ayahnya, Jakob, adalah seorang pedagang wol  yang ketika Freud berumur empat tahun, memindahkan keluarganya ke Wina. Tahun-tahun awal Freud di Wina sangat berat, dan selama masa pertumbuhannya, keluarganya tampak  dalam keadaan kekurangan uang.[4]
Ketika berumur sembilan tahun, Freud masuk sekolah menengah (Sperl Gymnasium),  dia menjadi siswa terbaik di kelasnya selama tujuh tahun, menikmati hak istimewa yang diharuskan lulus pada beberapa kali ujian. Freud adalah seorang  pekerja keras yang sangat suka membaca dan belajar. Meninggalkan sekolah pada usia 17 tahun, ia menghadapi pilihan karier, yang waktu itu merupakan pilihan yang harus diambil oleh seorang Yahudi Wina, yakni bidang indrustri, bisnis, hukum atau, atau kedokteran. Freud ingat saat itu ia tidak memiliki minat khusus pada kedokteran, karena minatnya lebih mengarah pada masalah manusia daripada objek alam. [5]
Pada tahun 1873 Freud masuk University of Vienna untuk belajar kedokteran, meskipun selama di sana minat akademiknya lebih beragam. Pada tahun 1876 ia memulai riset pertamanya, studi tentang struktur kelenjar kelamin belut. Walaupun dengan banyak interupsi pendek, tidak lama setelah itu ia masuk laboratorium fisiologis Ernest Brucke untuk bekerja di sana dalam kurun antara 1876 sampai 1882. Selama periode ini Freud terutama memfokuskan pekerjaan yang berkaitan dengan histologi sel-sel saraf.
Brucke, ia menemukan “tempat beristirahat dan kepuasan” dan bertemu ilmuwan-ilmuwan “yang pantas saya hormati dan saya jadikan model”. Ia sangat menghormati Brucke. Freud tidak terlalu mempedulikan studi kedokterannya. Walaupun begitu, pada1881 ia lulus ujian akhir dan menjadi doktor dalam bidang kedokteran dengan nilai “sempurna”.
Pada tahun 1882 Freud meninggalkan laboratorium Brucke, yang pada tahun sebelumnya ia telah diangkat menjadi staf ahli disana. Mungkin disebabkan pengaruh jatuh cinta, dan karena itu membutuhkan keuangan yang cukup, Freud memutuskan untuk mencari uang menjadi  dokter. Ia masuk Rumah Sakit Umum di Wina, di sana ia mendapatkan pengalaman di berbagai bagian rumah sakit dan menjadi seorang peneliti aktif di institute of Cerebral Anatomy.[6]
Berbekal penghargaan traveling fellowship Freud pergi ke paris, selama Oktober 1885 sampai Februari 1886, ia belajar di Salpatririere (rumah sakit untuk penyakit-penyakit saraf yang dipimpin Charcot). Ia sangat terkesan dengan investigasi Charcot tentang histeria, yang mengonfirmasi kebenaran fenomena histerik, termasuk kelumpuhan histerik, termasuk kelumpuhan histerik dan bangunan sugesti hipnotik. Pada 1886, Freud kembali ke Wina untuk menikahi Martha Bernays dan membuka praktik pribadi sebagai sebagai spesialis penyakit saraf.[7]
Pada awal 1880-an, Freud menjalin persahabatan akrab dengan Joseph Breuer, seorang dokter Wina yang menonjol. Breuer bercerita kepadanya tentang bagaimana antara 1880-1882 ia berhasil menangani seorang anak perempuan yang memiliki  gejala histeria. Metodenya adalah dengan menghipnotis anak secara mendalam dan setelah itu didorong mengekpresikan diri dengan mengatakan hal-hal dalam ingatan mengenai situasi-situasi emosi yang menekannya.  
Selama tahun 1890-an peralihan dari katarsis ke psikoanalisis terjadi. Jones menulis : “ ada banyak sekali bukti bahwa selama berpuluh-puluh tahun- kira-kira tahun 1890-an- Freud mengalami psikoneuris yang sangat berat, namun selama tahun-tahun ketika neurisnya sedang memuncak, -sekitar 1987-1900-itulah Freud  menghasilkan karya paling orisionalnya.
Selama periode 1887 sampai 1990 Freud menjalin pertemanan intens dengan Wilhems Fleis, seorang spesials hidung dan tenggorokan yang dua tahun lebih muda dibanding dirinya. Fleis melihat masalah seksual sebagai hal sentral dan mendorong Freud serta memberi izin untuk mengembangkan teori-teorinya. Jones mencatat ketergantungan Freud pada pendapat Fleis dan menyebutnya sebagai “publik tunggal” Freud. Jones menilai, padahal secara intelektual Fleiss jauh lebih rendah dibanding Freud.
Dengan latar belakang seperti ini, Freud mulai mengembangkan ide-idenya tentang dasar-dasar seksual neuris, walaupun meninggalkan hipnotisme, tetapi masih mempertahankan praktik yang mengharuskan pasiennya berbaring di sofa sementara ia duduk di belakang pasien. Selama tahun1897 sampai 1899, ia menulis hasil karya utamanya, The Interpretation of dream.pada musim panas 1889 Freud menjalani terapi psikoanalisis terhadap ketidaksadarannya sendiri, dan analisis terhadap diri sendiri ini menghasilkan bahan untuk buku tersebut. Freud menemukan nafsu masa kanak-kanaknya terhadap ibunya dan kecemburuannya terhadap ayahnya, yang dianggapnya sebagai karakteristik suka menentang pada diri manusia  yang disebut Oedipus complex. Dibutuhkan waktu delapan tahun untuk menjual 600 kopi edisi pertama The Interpretation of Dream-nya. Jones melihat analisis yang dilakukan Freud terhadap dirinya sendiri dengan berkata “Akhir dari semua kerja keras dan penderitaan itu adalah fase terakhir dan sekaligus fase final dalam evolusi kepribadian Freud. Munculah seorang Freud yang tenang dan lunak, yang untuk selanjutnya menekuni pekerjaannya dengan bebas dan tenang dan lunak, yang untuk selanjutnya menekuni pekerjaannya dengan bebas dan tenang “. Namun demikian dalam biografi Fromm (1959) tidak sebaik itu. Ia mengatakan bahwa Freud terus menunjukan ketidakpastian dan egoisme, baik dalam kehidupan profesional maupun kehidupan pribadinya. Pada tahun 1905, Freud mempublikasikan hasil karya utama lainnya, Tree Contribution to the Theory of Sex, yang menelusuri perkembangan seksualitas sejak awal masa kanak-kanak.[8]
Dalam studi autobiografisnya Freud melihat bahwa setelah periode katarsis pendahulunya, sejarah psikoanalisis dapat dibagi menjadi dua fase. Dari sekitar tahun 1895 sampai 1906 atau 1907 ia bekerja sendirian, namun setelah itu kontribusi murid-murid dan kolaboratornya semakin penting. Perkembangan historis selanjutnya menunjukan bahwa ide-ide Freud mulai ditinggalkan pada tahap ini.[9]
Freud memiliki kebiasan merokok rata-rata 20 batang cerutu dan, pada tahun 1923, ia mengetahui bahwa dirinya mengidap penyaki kanker rahang. Ia menghabiskan hidupnya 16 tahun terkahir dalam kesakitan yang sering kali menyiksa, dan total 33 operasi sudah dilakukan pada rahangnya. Pada gempuran Nazi menyebabkan Freud meninggalkan Austria bersama keluarganya dan menetap di Inggris, sebuah negara yang dikaguminya, yang dikunjungi untuk pertama kali saat ia berumur 19 tahun. Ia meninggal di London setahun kemudian.[10]
C.    Teori Pemikiran Sigmund Freud
Teori psikoanalisis memiliki beberapa konsep-konsep utama yang khas dan berbeda dengan teori-teori kepribadian yang lain. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Insting
a.       Pengertian Insting
Insting adalah elemen dasar dari kepribadian, kekuatan yang memotivasi atau drive yang menentukan arah dari sebuah perilaku. Dalam bahasa Jerman, insting disebut dengan trieb, yang mungkin dapat diterjemahkan dengan kekuatan dengan kekuatan yang mengarahkan (driving force) atau impuls. Insting merupakan bentuk energi yang ditransformasikan dari energi fisiologis yang menghubungkan antara kebutuhan jasmani dan  keinginan pikiran (mind’s wishes[11]).
Insting menurut pendapat lain merupakan kumpulan hasrat atau keinginan (whises). Dalam kenyataan, insting hanya merefleksikan sumber-sumber kepuasan badaniah atau kebutuhan –kebutuhan (needs). Tujuan dari insting-insting adalah mereduksi ketegangan (tension reduction) yang dialami sebagai suatu kesenangan.[12]
Dari kedua pendapat di atas, insting merupakan sesuatu kekuatan yang menghasilkan hasrat seseorang untuk memenuhi kebutuhan jasmani yang terhubung oleh keinginan dalam pikirannya untuk memenuhi hasratnya sehingga tercapai kepuasan dalam diri seseorang. Seseorang yang sudah lama belum makan akan muncul hasrat rasa lapar dan keinginan untuk mencari makanan, seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.
Ada tiga istilah yang banyak persamaannya, yaitu instink, keinginan (wish) dan kebutuhan (need). Insting adalah sumber perangsang somatis dalam yang dibawa sejak lahir, keinginan adalah perangsang psikologis, sedangkan kebutuhan adalah perangsang jasmani. Jadi, lapar misalnya, dapat digambarkan secara psikologis sebagai keinginan akan makanan. Keinginan itu menjadi alasan (motif) tingkah laku : misalnya orang lapar mencari makanan.[13]
b.      Jenis-jenis Insting
Freud mengelompokan insting ke dalam dua kategori, yaitu insting hidup dan insting mati. Insting hidup disediakan agar individu dan spesies dapat bertahan hidup melalui cara tertentu untuk memuaskan kebutuhan akan makanan, udara, dan seks. Insting ini berorientasi kepada pertumbuhan perkembangan. Energi psikis yang dimanifestasikan dari insting hidup disebut libido. Libido dapat dilekatkan atau dimanifestasikan pada berbagai objek. Dalam konsep Freud akan mengatakan disebut dengan cathexis. Misalnya, jika anda memiliki teman sekamar, maka Freud akan mengatakan bahwa libido anda di- cathexis-kan olehnya.
Suatu instink itu mempunyai emapat macam sifat, yaitu :
(a)    Sumber
Yang menjadi insting yaitu kondisi jasmaniah; jadi kebutuhan.
(b)   Tujuan
Adapun tujuan insting ialah menghilangkan rangsangan kejasmanian, sehingga ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energi dapat ditiadakan. Misalnya : tujuan insting lapar (makan) ialah menghilangkan keadaan kekurangan makanan, dengan cara makan.
(c)    Objek insting
Objek insting ialah segala aktivitas yang mengantar keinginan dan terpenuhinya keinginan itu. Jadi tidak hanya terbatas pada bendanya saja, tetapi termasuk  pula cara-cara memenuhi kebutuhan yang timbul karena isting itu.
(d)   Pendorong atau penggerak insting
Pendorong atau penggerak insting adalah kekuatan insting itu, yang tergantung kepada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan. Misalnya: makin lapar orang (sampai batas tertentu) penggerak insting makannya makin besar.[14]
Freud mengklasfikasikan insting ke dalam dua kelompok, yaitu :
(1)   Insting hidup (life instink: eros). Insting hidup merupakan motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku secara positif atau kontruktif. Insting ini berfungsi untuk melayani tujuan manusia agar tetap hidup dan mengembangkan rasnya. Insting ini meliputi dorongan-dorongan jasmaniah, seperti seks, lapar, dan haus. Insting ini juga dinyatakan atau diwujudkan dalam berbagai komponen budaya kreatif, seperti : seni lukis, musik, kerja sama, dan cinta. Energi yang bertanggung jawab bagiinsting hidup adalah libido. Libido ini bersumber dari erotogenic zones yaitu bagian-bagian tubuh yang sangat peka terhadap rangsangan (seperti : bibir/mulut, dubur dan organ seks) yang apabila dimanipulasi dengan cara tertentu (seperti sentuhan) akan menimbulkan perasaan nikmat (menyenangkan). Contohnya : menete akan menimbulkan kenikmatan oral, buang hajat menimbulkan kenikmata anal, dan pijatan akan menimbulkan kenikmatan genital. Pada masa bayi atau anak, insting ini (seks) relatif terlepas satu sama lainnya, sedangkan pada masa remaja cenderung melebur dalam melayani tujuan reproduksi secara bersama.
(2)   Insting mati (death instink : thanatos).  Insting ini merupakan motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku yang bersifat negatif atau destruktif. Freud meyakini bahwa manusia dilahirkan dengan membawa dorongan mati (keadaan tak bernyawa = inanimate state). Pendapat ini didasarkan kepada prinsip konstansi dari Fechner yaitu bahwa semua proses kehidupan itu cenderung kembali kepada dunia yang anorganis. Kenyataan manusia akhirnya mati, oleh karena itu tujuan hidup adalah mati. Hidup itu sendiri tiada lain hanya perjalanan ke arah mati. Dia beranggapan bahwa insting ini merupakan sisi gelap dari kehidupan manusia. Fungsinya tidak begitu jelas, oleh karena itu tidak begitu dikenal. Derivatif dari insting ini adalah tingkah laku agresif, baik secara verbal (seperti marah-marah dan mencemooh/ mengejek orang lain) maupun non-verbal (seperti berkelahi, membunuh, atau bunuh diri dan memukul orang lain).[15]
            Dari penjelasan di atas insting dibagi kepada dua jenis, yaitu yang pertama insting hidup yang di dalamnya terdapat dorongan untuk bersikap positif dan membangun seperti untuk mempertahankan hidup terdapat insting rasa lapar dan rasa haus dan untuk mempertahankan dan mengembangkan rasnya terdapat keinginan sex. Insting hidup bukan saja dalam segi jasmani saja,tapi juga dari hasil cipta pemikiran seseorang sehingga menghasikan seni budaya contohnya, seni tari, puisi, seni lukis, dll.
            Freud percaya bahwa dalam kehidupan ini pasti akan menemui kematian, dan Freud juga percaya bahwa dalam sisi manusia terdapat sisi gelap. Sisi gelap manusia yang di dalamnya terdapat insting yang kedua yaitu insting mati yang mendorong seseorang untuk bersikap atau bertingkah laku negatif, baik dilakukan secara verbal (ucapan) seperti marah-marah, membenci seseorang, mengejek, menghina,dll. Ataupun secara non verbal (perbuatan/tingkah laku) seperti memukul, berkelahi, membunuh diri atau orang lain, dll.
2.    Tingkatan Kepribadian
Freud membagi kepribadian ke dalam tiga bagian, yaitu : kesadaran (conscious), prasadar (preconscious), dan ketidaksadaran  (unconscious).
a)      Kesadaran (conscious) fisik.
Kesadaran (conscious) mempunyai fungsi seperti organ indra untuk mempersepsikan kualitas-kualitas fisik. Berbeda dengan kedua jenis ketidaksadaran, ketidaksadaran tidak memiliki ingatan dan keadaan kesadaran biasanya sangat sementara. Materi menjadi disadari, atau mengalir masuk ke dalam organ indra kesadaran, dari dua arah : dua eksternal dan perangsangan di dalam. Selain itu, fungsi bicara memungkinkan kejadian-kejadian internal seperti sekuensi ide dan proses intelektual menjadi sesuatu yang disadari.[16]
Kesadaran berkaitan dengan makna dalam kehidupan sehari-hari, termasuk sensasi dan pengalaman, yang membuat kita menyadari setiap peristiwa yang kita alami. Kesadaran merupakan bagian kehidupan mental atau lapisan jiwa individu. Kehidupan mental ini memiliki kesadaran penuh. Melalui kesadarannya, individu mengetahui siapa dia, sedang apa dia, sedang dimana dia,apa yang terjadi di sekitarnya, dan bagaimana dia memperoleh yang diinginkannya. Menurut Freud, kesadaran merupakan aspek yang sangat terbatas dalam kepribadian, karena hanya menempati porsi yang kecil dari pemikiran, perasaan, dan ingatan yang ada berada dalam tingkat kesadaran pada setiap waktunya. Freud menggambarkan pikiran itu seperti gunung es. Kesadaran berada dalam porsi yang paling atas, sedangkan yang muncul di permukaan air hanya merupakan bagian ujung dari gunung es.[17]
b)      Prasadar (preconscious)
Prasadar (preconscious) terdiri atas semua hal yang dapat dengan mudah mempertukarkan keadaan tidak sadar dengan keadaan sadar. Jadi, prasadar bersifat laten dan bisa menjadi sadar, sementara ketidaksadaran ditekan dan tidak mungkin menjadi kesadaran tanpa melalui kesulitan besar. Materi mungkin tetap berada dalam ketidaksadaran, meskipun bisa saja menemukan jalan keluar ke kesadaran tanpa membutuhkan campur tangan psikoanalitik. Prasadar dapat dianggap tabir di antara ketidaksadaran yang seperti dalam kasus mimpi, disertai dengan modifikasi-modifikasi yang dibuat pada materi yang tidak disadari melalui penyensoran.[18]
Prasadar merupakan lapisan jiwa dibawah kesadaran, dan berada di tengah antara sadar dan tidak sadar. Prasadar sebagai penampungan dari ingatan-ingatan yang tidak dapat diungkap secara cepat, dapat diingat kembali bila diusahakan. Misalnya, kita lupa seseorang yang baru saja ditemui. Pada kesempatan lain, tiba-tiba orang tersebut. Untuk mengingat nama orang tersebut diperlukan sedikit konsentrasi dan asosiasi tertentu.[19]
c)      Ketidaksadaran  (unconscious)
Ketidaksadaran  (unconscious) adalah materi yang tidak dapat di terima kesadaran melalui represi. Dengan kata lain, pada ketidaksadaran, sensor materi yang memasuki kesadaran yang kuat. Objek psikoanalisis adalah bantuan yang membuat sebagian materi ini dapat diakses oleh kesadaran, meskipun selama prosesnya  kuat mungkin terbangkitkan akibat konotasi seksual dari banyak hal yang ditekan.
Ketidaksadaran merupakan lapisan terbesar kehidupan mental dan berada di bawah permukaan air. Di samping itu, ketidaksadaran juga merupakan fokus utama dalam teori psikoanalisis yang berisi insting-insting atau pengalaman tidak menyenangkan yang ditekan (repress). Meskipun tidak sepenuhnya individu menyadari kebaradaan insting-insting tersebut, namun insting tersebut aktif bekerja untuk memperoleh kepuasan.[20]
Kesadaran seseorang bisa diketahui ketika seseorang mampu menggunakan alat inderanya untuk menyadari peristiwa yang ia alami, mengetahui siapa dirinya, sedang apa dia, sedang dimana dia, dan bagaimana dia memperoleh apa yang diinginkannya. Ketidaksadaran adalah materi tidak didapat diterima ketidak sadaran melaui tekanan  (represi). Di antara keduanya terdapat prasadar di bawah kesadaran. Prasadar sebagai penampungan dari ingatan-ingatan yang tidak dapat diungkap secara cepat, dapat diingat kembali bila diusahakan.
3.    Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kepribadian manusia memiliki suatu struktur yang diri dari id (das es), ego (das ich), dan super ego (das uber ich). Sruktur kepribadian tersebut akan saling berinteraksi dan akan menetukan perilaku seseorang.


a.       Id
Id (dalam bahasa Jerman Jerman disebut das es) merupakan komponen kepribadian yang primitif dan instingtif. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle). Prinsip ini pada dasarnya merupakan cara untuk mereduksi (menurunkan) ketegangan. Prinsip kesenangan merujuk kepada pencapaian kepuasan segera dari dorongan biologis. Dalam penjelasan Freud, id merupakan sumber energi psikis yang menggerakan kegiatan psikis manusia, karena berisi insting-insting, baik insting hidup (eros) yang menggerakan untuk mencapai pemenuhan kebutuhan biologis (seperti makan, minum, tidur, hubungan seks dan lain-lain) dan juga insting kematian (tanatos) yang menggerakan tingkah laku agresif. Ide bersifat primitif dan tidak logis atau tidak rasional[21].
Dalam mereduksi ketegangan atau menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan dan untuk memperoleh kesenangan, id menempuh dua cara (proses), yaitu melalui refleks dan proses primer (”the primary process”) . Refleks merupakan reaksi-reaksi psikologis yang lebih rumit. Proses primer berusaha mengurangi ketegangan dengan cara membentuk khayalan (berfantasi) tentang objek atau aktivitas yang akan menghilangkan ketegangan tersebut. Misalnya : pada saat lapar menghayalkan makanan; pada saat dendam menghayalkan kegiatan balas dendam. Kehadiran objek yang diinginkan dalam bentuk maya (hayalan), sebagai pengalaman halusinasi dinamakan “Wishfullfillment”. Contoh yang terbaik tentang proses primer ini adalah mimpi (dream).[22]
b.      Ego
Ego dalam bahasa Jerman disebut das ich merupakan aspek psikologi kepribadian. Ia menjadi eksekutif dari kepribadian. Selain itu, ia juga yang membuat keputusan mengenai insting-insting mana yang akan dipuaskan dan bagaimana cara memuaskannya. Ego merupakan sistem kepribadian yang rasional dan berorientasi pada prinsip realitas (reality principle). Ego berperan sebagai mediator antara id (keinginan untuk mencapai kepuasan) dan kondisi lingkungan atau dunia nyata. Ego dibimbing oleh prinsip realitas yang bertujuan untuk mencegah ketegangan sampai mendapatkan objek yang dapat memenuhi kepuasan atau dorongan dari id[23].
Ego menurut Freud seperti joki penunggang kuda yang harus menghindar dari masalah, ego harus berusaha menjinakan dorongan id yang tak terkendali. Seperti halnya id, ego pun mempunyai keinginan untuk memaksimalkan pencapaian kepuasan, hanya dalam prosesnya, ego berdasarkan pada “secondary process thinking”. Hal yang harus diperhatikan dari ego ini adalah bahwa (1) ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id, bukan untuk mengecewakannya, (2) seluruh energi (daya) ego berasal dari id,sehingga ego tidak terpisah dari id, (3) peran utamanya menengahi kebutuhan id dan kebutuah lingkungan sekitar, 4) ego bertujan untuk mempertahankan kehidupan individu dan pengembangbiakannya.[24]
c.       Super ego
Super ego (dalam bahasa Jerman disebut das ueber ich) merupakan aspek sosial dari kepribadian. Berisi komponen moral dari kepribadian. Berisi komponen moral dari kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Super ego mulai berkembang pada usia 3 sampai dengan 5 tahun. Pada usia ini, anak-anak memperoleh (rewards) atas kepatuhannya dan medapatkan hukuman atas pembangkangannya. Keduanya akan mengarahkan tingkah laku agar sesuai dengan keinginan atau ketentuan (dalam hal ini adalah orang tuanya). Tingkah laku yang  yang salah (artinya tidak sesuai ketentuan norma) akan mendapatkan hukuman. Proses ini akan menumbuhkan kata hati (conscience) anak, sedangkan perintah untuk berbuat baik (tingkah laku yang sesuai dengan aturan) akan mendapatkan hadiah (reward), mungkin berupa pujian. Peristiwa ini akan membentuk ego ideal anak. Mekanisme terbentuknya kata hati dan ego ideal ini disebut dengan introjeksi. Introjeksi dapat diartikan sebagai proses penerimaan anak terhadap norma-norma dan kode moral dari orang tua[25].
Super ego berfungsi untuk (1) merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif, karena dalam perwujudannya sangat dikutuk masyarakat, (2) mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik, dan (3) mengejar kesempurnaan (perfection).[26]
Id merupakan sumber energi psikis yang menggerakan kegiatan psikis manusia, untuk menggerakan insting-insting yang terdapat dalam manusia, baik berupa insting hidup seperti makan, minum, seks dan lain-lain. Dan juga insting mati, baik berupa marah,membalas dendam dll. Untuk mengurangi rasa tegangnya dengan berusaha untuk menghayalkan tentang apa yang diinginkannya.
Semua manusia mempunyai ego masing-masing, ego adalah sebagai mediator antara id dan dunia nyata (realitas) . Dengan ego manusia dibimbing untuk memenuhi kepuasan atau dorongan yang terdapat dalam  id.
Sedangkan Super Ego yang di dalamnya terdapat aspek moral atau standar baik-buruk yang terdapat pada sosial masyarakat. Super ego berfungsi untuk meredam keinginan yang terdapat pada id  yang berorientasi pada tujuan realistik di ganti oleh tujuan moralistik,  sehingga untuk memenuhi ego di sesuaikan dengan moralitas atau  norma-norma yang terdapat di dalam masyarakat.
4.    Kecemasan
a.       Pengertian Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah perasaan yang kita rasakan pada saat cemas. Cemas tidak sama dengan takut. Dalam konsep Freud, kecemasan merupakan bagian penting dalam teori kepribadian dan memasukannya ke dalam dasar perkembangan perilaku neorotik dan psikotik. Prototipe dari seluruh kecemasan adalah trauma kelahiran yang secara khusus dijelaskan lebih lanjut oleh Otto Rank.[27]
Freud mendefinisikan kecemasan sebagai sebuah keadaan ketidak senangan tertentu dengan lecutan motorik di sepanjang jalur yang pasti. Ia melihat kecemasan sebagai reaksi universal terhadap situasi bahaya dan ego sebagai satu-satunya tempat kecemasan. Kelak sumber kecemasan terjadi di luar kemauan ketika situasi berbahaya muncul. Sumber kecemasan lainnya dihasilkan oleh ego ketika bahaya itu hanya berupa ancaman dan ego merasa lemah dalam kaitannya dengan hal itu.[28]
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Kecemasan (anxiety) adalah perasaan yang kita rasakan pada saat cemas, atau sebuah perasaan di saat keadaan tidak senang. Kecemasan muncul diakibatkan atas reaksi situasi bahaya dan ego sebagai satu-satunya tempat kecemasan.
b.      Jenis-jenis Kecemasan
 Ada tiga macam kecemasan, satu untuk masing-masing dari ketiga ego “taskmaster” (pemberian tugas) :
·      Kecemasan realistis tentang bahaya dunia eksternal
·      Kecemasan moral tentang konflik dengan superego; dan
·      Kecemasan neurotik tentang konflik dengan kekuatan implus-implus yang bersifat insting id[29]
1)      Kecemasan nyata atau kecemasan objektif, yaitu ketakutan terhadap bahaya yang terlihat dan ada yang ada dalam dunia nyata. Misalnya, takut dengan ular, harimau, bencana alam atau gempa bumi. Kecemasan realistis menyediakan tujuan positif, karena akan menuntun perilaku kita untuk menghindari atau melindungi dari bahaya yang ada. Kecemasan akan mereda apabila objek sudah tidak ada. Ketakutan objektif dapat juga berubah menjadi ekstrim, misalnya orang yang tidak mau meninggalkan rumah karena takut tertabrak mobil, atau orang yang tidak bisa melihat cahaya karena takut api. Pada dasarnya, ketakutan semacam ini bersift realistis, tetapi porsi ketakutannya melebihi kondisi normal.
2)      Kecemasan neurotik, yaitu bentuk kecemasan yang mengganggu kesehatan mental. Kecemasan neurotik, yaitu bentuk kecemasan yang menggangu kesehatan mental. Kecemasan neurotik berbasis pada masa kanak. Dalam suatu konflik antara penundaan instingtif dan realitas, anak sering kali di hukum atas ekspresi seksual yang terlalu terbuka atau karena memiliki dorongan agresif atau keinginan untuk menunda impuls id tertentu yang akan menyebabkan kecemasan. Kecemasan neurotik adalah ketakutan yang tidak disadari atas keberadaan hukuman terhadap impulsifitas dari perilaku yang didominasi id. Ketakutan bukan merupakan insting, melainkan hasil dari penundan insting. Konflik terjadi antara id, ego, dan dari sumber asalnya yang memiliki basis realistis.
3)      Kecemasan moral, yaitu kecemasan yang merupakan hasil dari konflik antara id dan superego. Pada intinya kecemasan moral merupakan ketakutan seseorang terhadap conscience-nya. Pada saat tertentu, orang dimotivasi untuk menampilkan impuls instingtif, tetapi di sisi lain, ada kode moral. Dalam situasi ini, super ego akan membalas dengan menyebabkan perasaan bersalah atau malu.[30]
Kecemasan nyata adalah sebuah ketakutan terhadap apa yang terlihat jelas dan nyata, yang menuntut kita untuk menghindari atau melindungi dari bahaya yang ada.
Kecemasan neurotik adalah bentuk kecemasan yang mengganggu kesehatan mental, karena terjadi konflik antara id dan ego antara keinginan dan cara mendapatkannya tidak dapat terlaksana atau tidak terpuaskan.
Kecemasan moral terjadi karena ada konflik antara id dan  super ego, sesorang yang ingin memenuhi kebutuhannya terbentur oleh norma-norma yang ada sehingga dia akan merasa bersalah dan malu.
c.    Mekanisme Pertahanan Melawan Ego (Kecemasan)
Mekanisme pertahanan ego merupakan proses mental yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan dilakukan melalui dua karakteristik khusus yaitu (1) tidak disadari dan (2) menolak, memalsukan atau mendisrtorsi (mengubah) kenyataan. [31]Mekanisme pertahanan ini juga dapat diartikan sebagai rekasi-reaksi yang tidak disadari dalam upaya melindungi diri dari emosi atau perasaan yang menyakitkan, seperti cemas dan perasaan bersalah[32].
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mekanisme pertahanan melawan ego merupakan proses mental dengan rekasi-reaksi yang tidak disadari yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan dengan cara menolak, memalsukan atau mendisrtorsi (mengubah) kenyataan.
Terdapat 8 (delapan) mekanisme pertahanan ego (kecemasan) yaitu (1) Repression (represi), (2) Reaction-formation (pembentukan reaksi), (3) Projection (Proyeksi), (4) Fixation (fiksasi), (5) Regression (regresi), (6) Rasionalisasi, (7) Sublimasi , dan (8) Displacement penggantian
Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian mekanisme pertahanan ego (kecemasan), yaitu :
(a)    Repression (represi)  : dimaksudkan untuk melupakan sesuatu  dan tetap tidak menyadari bahwa dirinya telah melakukan hal itu. Proses represi ada dua macam :
1.      Materi yang ada di tingkat pra-sadar, yang diterima oleh kesadaran kemudian ditekan kembali ke dalam ketidaksadaran; dan
2.      Materi yang ada di tingkat ketidaksadaran mungkin dilarang oleh penyensoran untuk memasuki pra-sadar dan oleh sebab itu harus tetap dalam ketidaksadaran.
Sebagai contoh, kedua represi bisa berlaku untuk impuls-impuls seksual tersembunyi. Represi adalah mekanisme pertahanan sentral ego yang bersifat mendasari, dasar bagi semua pertahanan lainnya.
(a)    Reaction-formation (pembentukan reaksi) : Mengadopsi pikiran, perasaan, dan perilaku yang berlawanan dengan pikiran dan perasaan yang sebenarnyaa. Ego mengakui implus-implus bertentangan dengan implus-implus bertentangan dengan implus-implus yang terancam. Sebagai contoh implus seksual mungkin dihindari oleh sikap malu eksesif, muak, dan tidak menginginkan seksualitas.
(b)   Projection (Proyeksi) : Ego mengatasi ancaman impuls yang bersifat insting yang tidak dapat diterima dengan mengeksternalisasikannya. Jadi, individu, alih-alih mengakui impuls libido dan agresivitasnya sendiri, mungkin menjadi sangat menyadari karakteristik itu pada diri orang lain dan menyandangnya secara keliru.
(c)    Fixation (fiksasi)  : Ketika orang menjadi sangat cemas menuju ke fase perkembangan seksual selanjutnya, mereka mungkin tertinggal atau menjadi terikat dengan derajat yang bervariasi pada tahap sebelumnya dalam kaitannya dengan pemuasan insting-instingnya. Sebagai contoh, anak-anak mungkin lengket dan sangat tergantung pada cinta ibunya daripada membuat objek pencurahan energi perasaan yang baru.
(d)   Regression (regresi) : Penggunaan kembali perilaku-perilaku yang cocok untuk tahap perkembangan seksual sebelumnya. Ketika dibawah ancaman, seseorang kembali lagi ke fase sebelumnya yang mungkin malahan merupakan kondisi yang lebih menjerat. Faktanya, regresi bisa dua macam : kembali ke objek inses yang dulu dijadikan luapan energi perasaan oleh libido dan kembali ke kebisaan seksual secara keseluruhan seperti seperti fase sebelumnya.[33]
(e)    Rasionalisasi : Bentuk mekanisme pertahanan diri yang terjadi dengan menafsirkan ulang sebuah perilaku menjadi lebih rasional dan dapat diterima. Kita berusaha memaafkan atau membenarkan sebuah ancaman yang awalnya menyakitkan dengan cara memberikan penjelasan yang rasional. Misalnya, orang yang dipecat dari pekerjaannya akan membuat rasionalisasi bahwa pekerjaan tersebut tidak cocok untuknya. Seorang laki-laki yang ditolak cintanya akan merasionalisasi bahwa perempuan yang dicintainya memiliki banyak kekurangan sehingga tidak akan sesuai baginya.
(f)    Displacement (Penggantian) : Penggantian terjadi jika objek yang dapat memuaskan atau impuls id tidak tersedia akan menggantikannya dengan objek lain. Misalnya, anak yang marah terhadap orang tua atau orang dewasa yang marah terhadap atasannya, tetapi takut untuk mengekpresikan kemarahan tersebut, maka akan mengganti objek perilaku agresifnya orang tua kepada adik atau kakanya, sementara orang dewasa mengganti objek agresinya dengan memukul benda lain yang tidak dapat  melawan. Objek pengganti adalah sesuatu yang tidak menjadi ancaman bagi dirinya, meskipun penggantian objek tidak akan meredakan ketegangan secara memuaskan, seperti halnya kalau langsung diarahkan kepada orang atau objek asli. bentuk displacement tertentu yang dilakukan terus menerus akan menyebabkan akumulasi tekanan, dan lama-kelamaan tidak dapat menampungnya lagi. Dalam situasi seperti ini, biasanya individu akan mencari cara baru untuk meredakan tekanan yang dialaminya.
(g)   Sublimasi : adalah bentuk pemgalihan impuls id yang dilakukan dengan menyalurkannya ke dalam bentuk perilaku yang lebih terpuji dan dapat diterima oleh masyarakat. Misalnya, energi seksual dialihkan menjadi perilaku yang artistik yang kreatif.[34]
5.     Perkembangan Kepribadian
Freud mengembangkan teori mengenai perkembangan kepribadian yang merujuk pada perkembangan seksual sehingga lebih dikenal dengan perkembangan psikoseksual. Menurut Freud terdapat 5 (lima) tahapan perkembangan psikoseksual, yaitu : (a) Tahap oral, sumber kenikmatan terdapat di dalam sekitar mulut; (b) Tahap anal, sumber kenikmatannya berada di dubur, (c) Tahap Phalik, sumber kenikmatan terdapat pada alat kelamin, (d) Tahap Latensi, tahap ini adalah masa tenang secara seksual, (e) Tahap genital, tahap ini adalah masa dimana terjadi kematangan organ repreduksi.
Pendapat di atas sesuai dengan yang akan dijelaskan secara terperinci, sesuai dengan tahap perkembangan psikoseksual yang terdiri atas berikut ini :
a.    Tahap Oral  (0- 1 tahun)
                 Oral berasal dari kata aris, artinya mulut. Tahap oral terjadi pada awal kehidupan manusia, yaitu 0-1 tahun. Pada tahapan ini, mulut menjadi sumber kenikmatan erotis, karena libido didistribusikan ke daerah sekitar mulut. Perbuatan mengisap dan menelan menjadi metode utama untuk mencapai kepuasan. Pada tahap ini, anak akan menikmati puting ibunya dan memasukan benda ke dalam mulutnya, seperti mengisap jempol ataupun dot.[35]
                 Bulan pertama . Freud mengatakan “jika bayi bisa  berbicara, tanpa diragukan lagi dia akan mengakui bahwa tindakan menghisap putimg adalah hal terpenting dalam hidupnya”. Menyusu sangat vital karena air susu menyediakan makanan bagi bayi-dia harus terus meghisap puting ibu untuk bertahan hidup. Namun Freud melihat juga kalau tindakan menghisap menyediakan perasaan menyenangkan bagi bayi.[36]
          Bagian kedua tahap oral. Kira-kira sejak usia 6 bulan, bayi mulai mengembangkan konsepsi tentang orang lain, khususnya ibu, sebagai pribadi yang berbeda dan terpisah darinya namun dibutuhkan. Mereka jadi cemas jika ibu meninggalkannya atau ketika mereka bertemu orang asing tempat ibunya.[37]
b.         Tahap Anal (1-3 tahun)
              Anal berasal dari kata anus, artinya ‘dubur’. Dubur menjadi sumber kenikmatan erotis pada masa ini, karena libido didistribusikan ke daerah anus. Pada saat anus anak penuh dengan ampas makanan, akan memerlukan pelepasan. Peristiwa buang air besar (BAB) merupakan pencapaian kepuasan dan menberikan rasa nikmat. Peristiwa ini disebut dengan erotik anal.[38]
            Organ kedua yang menjadi daerah Erogen adalah anus, dan perkembangan seksual pindah dari fase oral ke fase anal-statistik. Aspek aktif fase ini adalah impuls untuk menguasai (sadisme), dengan penguatan pada otot-otot tubuh dan pengontrolan fungsi otot lingkar. Membran mukus erogen anus juga memanifestasikan diri sebagai organ dengan tujuan seksual pasif . ciri-ciri sifat yang dikaitkan dengan fase ini adalah keteraturan, penghematan, dan ketegaran,  yang secara bersama-sama menetapkan apa yang dikenal sebagai “karakter anal”[39]
c.   Tahap Phalik (4 – 5 tahun)
             Phalik  berasal dari kata phallus artinya ‘zakar’. Pada usia ini anak mulai memperhatikan atau mulai senang memainkan alat kelaminnya sendiri, seperti memijit-mijit. Pada tahap ini, terjadi perkembangan berbagi aspek psikologis, terutama terkait dengan kehidupan psikososial keluarga atau perlakuan terhadap anak. Anak mulai berprilaku “selfish” atau mementingkan diri sendiri, atau lebih berorientasi kepada diri sendiri.[40]
            Organ ketiga yang menjadi daerah erogen adalah kelamin. Periode perkembangan seksual yang terjadi pada organ seksual laki-laki (falus) dan klitoris perempuan itu menjadi penting dan dikenal sebagai fase falik (bangkitnya) berahi, yang dimulai sekitar umur sekitar tiga tahun. Disini kenikmatan diperoleh dari masturbasi. Selama fose falik, seksualittas  masa kanak-kanak awal mencapai insentitas tertingginya dan selama fase ini perkembangan seksual laki-laki dan perempuan menjadi berbeda. Fase oedipus adalah bagian falik untuk kedua jenis kelamin.[41]
d.     Tahap latensi (6 - 12)
            Periode yang dimulai sekitar awal usia enam  tahun, pada anak perempuan, mungkin lebih lambat, sampai mensrtuasi dan pubertas merupakan periode latensi seksual. Latensi itu bisa atau parsial dan, selama periode ini, berbagai kekangan seksual berkembang. Salah satu mekanisme yang digunakan untuk mengalihkan energi seksual disebut sublimation (sublimasi) atau  displacement  (pemindahan) libido ke pencarian tujuan dan budaya baru. Disamping itu, ketika inidividu berkembang, impuls-impuls libido bisa memunculkan antikateksi atau reaksi-reaksi yang bertentangan (reaformation-pembentukan-reaksi), seperti jijik, malu, dan sok moralis[42].
            Tahap latensi berkisar antara usia 6 sampai 12 tahun (masa sekolah SD). Tahap ini merupakan masa tenang seksual, karena segala sesuatu yang terkait dengan seks dihambat atau direspon (ditekan). Dengan kata lain, masa ini adalah periode tertahannya dorongan-dorongan sek dan agresif. Selama masa ini, anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi (seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan-kegiatan lainnya), dan mulai menaruh perhatian untuk berteman (bergaul dengan orang lain). Mereka belum mempunyai perhatian khusus kepada lawan jenis (bersikap netral) sehingga dalam bermain pun anak laki-laki sebangku dengan anak wanita, dan sebaliknya. Tahap ini dipandang sebagai masa perluasan kontak sosial dengan oran-orang di luar keluarganya.[43]
e.     Tahap genital (12 - seterusnya)
            Tahap genital,yang dimulai pada saat menstruasi atau pubertas, melibatkan subordinasi semua sumber perasaan seksual pada keunggulan daerah genital. Pencurahan energi libido sebelumya mungkin masih dipertahankan, yang dimasukkan dalam aktivitas atau tindakan pendahuluan atau tindakan atau tindakan penunjang seksual, atau ditekan atau dialihkan dengan cara tertentu. Pubertas membawa peningkatan libido yang lebih besar pada anak laki-laki, tetapi pada anak  perempuan ada peningkatan pada represi, terutama soal seksualitas klitoral. Pada saat mentruasi atau pubertas, bersama mengatasi pilihan- objek inses, tibalah saat melepaskan diri dari otoritas orangtua. Oleh karena perkembangan seksual sebelumnya yang cukup memadai, individu sekarang siap terlibat hubungan genital heteroseksual.[44]
            Tahap ini dimulai sekitar usia 12 tahun atau 13 tahun. Pada masa ini anak sudah masuk usia remaja. Masa ini ditandai dengan matangnya organ repreduksi anak. Pada periode ini, insting seksual dan agresif menjadi aktif. Anak mulai mengembangkan motif untuk mencitai orang lain, atau mulai berkembangnya motif altruis (keinginan untuk memperhatikan kepentingan orang lain). Motif-motif ini mendorong anak (remaja) untuk berpartisifasi aktif dalam berbagai kegiatan, dan persiapan untuk memasuki dunia kerja, pernikahan, dan bserkeluarga.[45]






 


[1] Dr. Dede Rahmat Hidayat, M.Psi., Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling, Ghalia Indonesia. Bogor: 2011. Hal. 23
[2] Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, MPd dan Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd., Teori Kepribadian, Cet.Kedua. Sekolah Pasca Sarjana UPI dengan PT. Remaja Rosdakarya. Bandung : 2008. Hal. 39
[3]  Ibid.
[4] Richad Nelson-Jones, Teori dan Praktik Konseling dan Terapi, Ter. Drs. Helly Prajitno Soetjipto, M.A., dan Dra. Sri Mulyantini Soetjipto, Cet. Pertama Pustaka Pelajar. Yogyakarta : 2011. Hal. 32
[5] Ibid
[6] Ibid
[7] Ibid.
[8] Ibid. Hal.35-36
[9]Ibid.Hal 36
[10] Ibid. Hal 37
[11] Dr. Dede Rahmat Hidayat, Op.Cit., Hal. 25
[12] Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, MPd dan Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd., , Op.Cit., Hal. 48
[13] Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., Ed.S., Ph.D., Psikologi Kepribadian, Rajawali Pers. Jakarta : 2010. Hal. 129
[14] Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., Ed.S., Ph.D., Op.Cit.Hal.129-130
[15] Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, MPd dan Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd, Op.Cit., Hal.48-49
[16] Richad Nelson-Jones, Op.Cit., Hal.39-40
[17] Dr. Dede Rahmat Hidayat, Op.Cit., Hal. 27
[18] Richad Nelson-Jones,Op.Cit. Hal. 39
[19] Dr. Dede Rahmat Hidayat, Op.Cit., Hal. 27
[20] Ibid.
[21] Dr. Dede Rahmat Hidayat, , Op.Cit., Hal. 28
[22] Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, MPd dan Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd, Op.Cit., Hal.42
[23] Dr. Dede Rahmat Hidayat,  Op.Cit., Hal.28
[24] Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, MPd dan Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd, Op.Cit., Hal.43-44
[25] Dr. Dede Rahmat Hidayat, , Op.Cit., Hal.29
[26] Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, MPd dan Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd, Op.Cit., Hal.45
[27] Dr. Dede Rahmat Hidayat, , Op.Cit., Hal.30
[28] Richad Nelson-Jones, Op.Cit., Hal.44
[29] Ibid
[30] Dr. Dede Rahmat Hidayat, , Op.Cit., Hal.31

[32] Prof. Dr. Syamsu Husuf L.N dan Dr. Juantika NurIhasan, M.Pd, Op.Cit, Hal.53
[33] Richad Nelson-Jones, Op.Cit., Hal.52-53
[34] Dr. Dede Rahmat Hidayat, , Op.Cit., Hal.32-34
[35] Ibid.,Hal.35
[36] William Crain,T.eori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, Edisi Ketiga,Terj. Yudi Santoso, Cet. I. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. 2007. Hal. :388-389
[37] Ibid, Hal.390
[38] Dr. Dede Rahmat Hidayat,  Op.Cit., Hal.35
[39] Richad Nelson-Jones, Op.Cit., Hal.48
[40] Dr. Dede Rahmat Hidayat,  Op.Cit., Hal.35
[41] Richad Nelson-Jones, Op.Cit., Hal.48
[42] Ibid, Hal 48-50
[43] Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, MPd dan Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd, Op.Cit., Hal.63
[44] Richad Nelson-Jones, Op.Cit., Hal.50
[45] Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, MPd dan Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd, Op.Cit., Hal.64

3 komentar:

  1. artikelnya bagus lengkap dengan footnotnya

    BalasHapus
  2. Terimakasih sangat bermanfaat sekali.
    My blog

    BalasHapus
  3. terima kasih sangat bermanfaat

    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fherisuroyo%2F.wordpress.com

    BalasHapus