A.
Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat
adalah memberikan harta yang telah mencapai nisab dan haul kepada orang yang
berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Nisab adalah ukuran tertentu
dari harta yang dimiliki yang mewajibkan dikeluarkannya zakat, sedangkan haul
adalah berjalan genap satu tahun.
Dari
sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti berkah, tumbuh,
bersih, dan baik. Segala sesuatu yang bertambah disebut zakat. Menurut istilah
fikih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk
diserahkan kepada yang berhak
Dasar Hukum Zakat
(وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ
مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ
بَصِيرٌ
Dan
Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan”. Q.S.
Al-Baqarah, 2:110
2.
Harta-harta yang wajib dizakati
1) Harta yang berharga, seperti emas dan
perak.Haul 1 tahun nisabnya 2,5 %
2) Hasil tanaman dan tumbuh-tumbuhan, seperti
padi, gandum, kurma, anggur. Nisabnya 750 kg, kalo oleh air hujan zakatnya 10
%, kalo disiram 5%
3) Binatang ternak, seperti unta, sapi,
kambing, dan domba.
4) Harta perdagangan.
5) Harta galian termasuk juga harta rikaz. 20
%
6) Zakat Fitrah. Beras 3,5 liter
3. orang yang berhak menerima zakat
1. Fakir, ialah orang yang tidak mempunyai dan tidak
pula berusaha.
2. Miskin, ialah orang yang tidak cukup penghidupannya
dengan pendapatannya sehingga ia selalu dalam keadaan kekurangan.
3. Amil, ialah orang yang pekerjaannya mengurus dan
mengumpulkan zakat untuk dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya.
4. Muallaf, ialah orang yang baru masuk Islam yang
masih lemah imannya, diberi zakat agar menambah kekuatan hatinya dan tetap
mempelajari agama Islam.
5. Riqab, ialah hamba sahaya atau budak belian yang
diberi kebebasan berusaha untuk menebus dirinya agar menjadi orang merdeka.
6. Gharim, ialah orang yang berhutang yang tidak ada
kesanggupan membayarnya.
7. Fi sabilillah, ialah orang yang berjuang di jalan
Allah demi menegakkan Islam.
8. Ibnus sabil, ialah orang yang kehabisan biaya atau
perbekalan dalam perjalanan yang bermaksud baik (bukan untuk maksiat).
4. Manajemen Pengelolaan Zakat Produktif
1. Pengelolaan harus berlandasakn Alquran dan
Assunnah.
2. Keterbukaan. Untuk menumbuhkan kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga amil
zakat, pihak
pengelola harus menerapkan manajemen yang terbuka.
3. Menggunakan manajemen dan administrasi modern.
4. Badan amil zakat dan lembaga amil zakat harus
mengelolah zakat dengan sebaik-
baiknya.
5. tujuan pengelolaan zakat
1. Mengangkat harkat dan martabat fakir miskin dan
membantunya keluar dari kesulitan dan
penderitaan.
2. Membantu pemecahan masalah yang dihadapi oleh para mustahik
3. Menjembatani antara yang kaya dan yang miskin dalam suatu
masyarakat.
4. Meningkatkan syiar Islam
5. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara.
6. Mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial dalam masyarakat.
6. Hikmah Ibadah Zakat
- Bagi muzakki zakat
berarti mendidik jiwa manusia untuk suka berkorban dan membersihkan jiwa
dari sifat kikir, sombong dan angkuh yang biasanya menyertai pemilikan
harta yang banyak dan berlebih.
- Bagi mustahik,
zakat memberikan harapan akan adanya perubahan nasib dan sekaligus
menghilangkan sifat iri, dengki dan suudzan terhadap orang-orang kaya,
sehingga jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dapat dihilangkan.
- Bagi masyarakat
muslim, melalui zakat akan terdapat pemerataan pendapatan dan pemilikan
harta di kalangan umat Islam. Sedangkan dalam tata masyarakat muslim tidak
terjadi monopoli, melainkan sistim ekonomi yang menekankan kepada
mekanisme kerja sama dan tolong-menolong.
B.
WAKAF
1.
Pengertian Wakaf
Ditinjau dari segi bahasa wakaf berarti
menahan. Sedangkan menurut istilah syara’, ialah menahan sesuatu benda yang
kekal zatnya, untuk diambil manfaatnya untuk kebaikan dan kemajuan Islam.
Menahan suatu benda yang kekal zatnya, artinya tidak dijual dan tidak diberikan
serta tidak pula diwariskan, tetapi hanya disedekahkan untuk diambil manfaatnya
saja.
Hukum wakaf adalah sunah
ابْنَ ادَمَ
اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ
يَنْتَفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدِ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ (رواه مسلم)
Artinya: “Apabila anak Adam meninggal dunia maka
terputuslah semua amalnya, kecuali tiga (macam), yaitu sedekah jariyah (yang
mengalir terus), ilmu yang dimanfaatkan, atu anak shaleh yang mendoakannya.”
(HR Muslim)
2. Syarat Wakaf
1) Diwakafkan untuk selama-lamanya, tidak terbatas waktu tertentu
(disebut takbid).
2) Tunai tanpa menggantungkan pada suatu peristiwa di masa yang akan
datang. Misalnya, “Saya
wakafkan bila dapat
keuntungan yang lebih besar dari usaha yang akan datang”. Hal ini
disebut tanjiz
3) Jelas mauquf alaih nya
(orang yang diberi wakaf) dan bisa dimiliki barang yang diwakafkan (mauquf) itu
4. Rukun Wakaf
1) Orang yang berwakaf (wakif),
syaratnya;
a. kehendak sendiri
b. berhak berbuat baik
walaupun non Islam
2) Sesuatu (harta) yang diwakafkan (mauquf),
syartanya;
a. barang yang dimilki dapat dipindahkan
dan tetap zaknya, berfaedah saat diberikan
maupun dikemudian hari
b. milki sendiri walaupun hanya sebagian
yang diwakafkan ataumusya (bercampur dan tidak dapat dipindahkan
dengan bagian yang lain
3) Tempat berwakaf (yang berhaka menerima
hasil wakaf itu), yakni orang yang memilki sesuatu, anak dalam kandungan tidak
syah.
4) Akad, misalnya: “Saya wakafkan ini
kepada masjid, sekolah orang yang tidak mampu dan sebagainya” tidak perlu qabul
(jawab) kecuali yang bersifat pribadi (bukan bersifat umum)
5. Harta yang Diwakafkan
a. sebidang tanah
b. pepohonan untuk diambil manfaat atau hasilnya
c. bangunan masjid, madrasah, atau jembatan
C.
SEDEKAH
1. Pengertian Sedekah
Sedangkan “Sedekah“ secara
bahasa berasal dari akar kata (shodaqa) yang terdiri dari tiga huruf
: Shod- dal- qaf, berarti sesuatu yang benar atau jujur. Kemudian
orang Indonesia merubahnya menjadi Sedekah.
Firman Allah Qs. Al-Baqarah ayat 261
Firman Allah Qs. Al-Baqarah ayat 261
@sW¨B tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZã óOßgs9ºuqøBr& Îû È@Î6y «!$# È@sVyJx. >p¬6ym ôMtFu;/Rr& yìö7y @Î/$uZy Îû Èe@ä. 7's#ç7/Yß èps($ÏiB 7p¬6ym 3 ª!$#ur ß#Ïè»Òã `yJÏ9 âä!$t±o 3 ª!$#ur ììźur íOÎ=tæ
Perumpamaan (nafkah yang
dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki.
dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
عَنْ أَبِي
ذَرٍّ رضي الله عنه أنَّ ناساً قالوا : يَا رَسُولَ الله ، ذَهَبَ أهلُ الدُّثُور بالأُجُورِ ،
يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي ، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ ، وَيَتَصَدَّقُونَ
بِفُضُولِ أمْوَالِهِمْ ، قَالَ : أَوَلَيسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا تَصَدَّقُونَ
بِهِ : إنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقةً ، وَكُلِّ تَكبيرَةٍ صَدَقَةً ، وَكُلِّ
تَحمِيدَةٍ صَدَقَةً ، وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً ، وَأمْرٌ بالمَعْرُوفِ
صَدَقَةٌ ، وَنَهيٌ عَنِ المُنْكَرِ صَدَقَةٌ ، وفي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ
قالوا : يَا رسولَ اللهِ ، أيَأتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا
أجْرٌ ؟ قَالَ : أرَأيتُمْ لَوْ وَضَعَهَا في حَرامٍ أَكَانَ عَلَيهِ وِزرٌ ؟ فكذَلِكَ
إِذَا وَضَعَهَا في الحَلالِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ رواه مسلم
Dari Abu
Dzar radhiallahu 'anhu : Sesungguhnya sebagian dari para sahabat berkata
kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya
lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat sebagaimana kami
shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bershadaqah
dengan kelebihan harta mereka”. Nabi bersabda : “Bukankah Allah telah
menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershadaqah? Sesungguhnya tiap-tiap tasbih
adalah shadaqah, tiap-tiap tahmid adalah shadaqah, tiap-tiap tahlil adalah
shadaqah, menyuruh kepada kebaikan adalah shadaqah, mencegah kemungkaran adalah
shadaqah dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah
shadaqah“. Mereka bertanya : “ Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di
antara kami memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?” Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam menjawab : “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya
pada yang haram, dia berdosa, demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu
pada yang halal, ia mendapat pahala”. (HR. Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar